Legenda Dende Seruni Part 3 || Petilasan Terahir Sebelum Moksah -->
Sabtu, 26 April 2025

Iklan Semua Halaman

Legenda Dende Seruni Part 3 || Petilasan Terahir Sebelum Moksah

Insight Anjani
Rabu, 17 Maret 2021

Photo by : Ahyar Jrowky


 Oleh : Roma Hidayat Yusuf

Nyesek (menenun) bagi orang Sasak bukan semata memintal benang satu persatu menjadi kain bermotif indah. Gadis menenun adalah batu penanda Kesolahan & Kesalehan, kecantikan paras & laku budi. Gadis yang telah mampu menenun, mampu menggenggam kayu berire & lekot yang melingkar di pinggang adalah pertanda fisik yang telah cukup matang.

 

Ia adalah putik bunga yang telah siap untuk kedatangan kumbang. Lekot yang melingkari pinggang tak hanya untuk memastikan posisi badan tak bergeser dari alat tenun. Secara fisik, lingkar pinggang itu telah kuat & kokoh untuk menanggung proses reproduksi.

 

Keajegan posisimu yang bersabar untuk tetap duduk dalam satu titik menyimbolkan keteguhan & kesetiaanmu dalam mengemban janji. Benang yang disulam satu persatu melambangkan ketabahan & kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Dan Brangbantun melihat sedari awal bibit kuntum bunga bernama Lale Seruni bitu tumbuh dan bersiap mekar. Ketika ia menjadi pemasok kapas untuk bahan benang untuk keluarga Seruni. Bahkan beberapa kali ia turut bebetuk, mengolah kapas menjadi benang untuk perempuan terindah itu.

 

#

Orangtua mereka memang bersahabat semenjak muda. Berkongsi dalam banyak usaha pertanian dan perkebunan. Bahkan mereka sesekali berlayar dari pelabuhan kahyangan ke negeri-negeri seberang untuk berjualan. Usaha yang cukup maju, membuat ekonomi keluarga sejahtera. Hingga suatu saat, kedua orangtua Brangbantun kecil meninggal karena wabah cacar air yang menyerang negeri. Brangbantun & adiknya Demung Sandubaya selamat dari amukan wabah. Namun, bekas cacar air itu menyisakan luka di seluruh wajah. Luka yang membuat mentalnya setipis kabut ketika berurusan dengan cinta. Ia selalu merasa tak pantas untuk Lale Seruni, pemilik wajah terindah kala itu.

 

#

Sebagai pelariannya. Ia lebih banyak menyepi & berguru bela diri. Brangbantun, Pria bertubuh tegap, tidak sekalipun terkalahkan dalam lomba duel Kedatuan , membelokkan putaran nasibnya, mengantarkannya ke puncak jabatan, bagai kepala pasukan Kedatuan Labuan Lombok. Kertajagat mempercayakan jabatan patih kepadanya. Ia adalah palang pintu utama yang bersiap menghalangi setiap upaya penerobosan, perongrongan kewibawaan Kedatuan dan keselamatan Datu. Sesungguhnya, meninggalkan kampung dan menjadi serdadu adalah caranya untuk melarikan diri dari Soal cinta yang tak pernah mampu ia raih.

 

#

Brangbantun adalah "Elkhorn", karang tanduk rusa yang kokoh membentengi darat dari gempuran badai laut. Namun kini, karang itu terinfeksi Serratia marcescens. Kasatnya kokoh, namun ia mengalami keropos dari dalam. Perasaan cintanya kepada Lale Seruni adalah azab yang harus dipanggulnya sejak pernikahan Gadis titisan rembulan itu dengan Adiknya sendiri, Demung Sandubaya. Lale Seruni telah jadi Iparnya semenjak itu.

 

Jarak badan semakin merapat, namun harapan & kesempatannya untuk memilikinya di dunia ini adalah mustahil. Brangbantun menjadi kumbang penjaga taman, ia boleh menikmati keindahan rupa warna warna bunga, namun haram memilikinya. Sungguh kepelikan tanpa tepi. Hari harinya dihanyutkan sungai sepi. Ia memutuskan untuk menikahi sunyi. Kesunyian menjadi kekasihnya yang paling setia, tak akan pernah berkhianat. Demikianlah hari-hari di dunianya Brangbantun, merupakan hari tanpa matahari.

 

#

Sebagai dua bersaudara yang yatim semenjak orok, Brangbantun telah menjelma sebagai orang tua pada usianya yang berbilang anak. Brangbantun tak pernah tahu indahnya dunia bermain kanak-kanak. Kondisi Yatim memaksanya mengambil tanggung jawab untuk mengasuh adiknya. Kasih sayang pada adiknya itu jua yang memojokkannya pada sudut tersulit untuk berpura-pura tak menginginkan gadis Lale Seruni, karena tak ingin adiknya patah hati. Dan hari ini, Adiknya itu telah mati ditangan Kertajagat, Datunya yang ia telah bersumpah untuk tumpah darah setia melayaninya dengan nyawa sekalipun. Dan sementara itu, di ujung Savana yang sama, di Puncak gunung padak , janda muda Lale Seruni tengah berduka.

 

#

Ini adalah putaran dewi fortuna yang memberinya kesempatan kedua. Kematian Demung Sandubaya pada kasus ini adalah seperti terbunuhnya para pemburu harta karun yang tak mau berkongsi dalam kepemilikan. Kompetisi jadi lebih mudah karena matinya kompetitor. Namun jiwa ksatria & Kasih sebagai seorang saudara juga menuntut pembelaan kehormatan darah atas darah.

 

Batinnya menjadi padang Kurukshetra , dimana ia menjadi panglima yang memimpin pasukan untuk berperang melawan dirinya sendiri. Pelabuhan mana yang akan di tujunya.  Membalas kematian adiknya dengan melanggar sumpah setianya pada kerajaan, lalu berperang Puputan melawan pria terlaknat Kertajagat. Atau Jalan mudah, Melarikan Lale Seruni dan hidup mengasingkan diri jauh dari jangkauan manusia yang pernah mengenalinya. Brangbantun berada dalam situasi bathin yang teramat pelik. Dan kepedihan demi kepedihan bathin itu menyadarkannya, bahwa semua ujung jalan itu hanya akan membawa pada petaka bagi Lale Seruni. Dulu ia telah mengorbankan seluruh hidupnya demi kebahagiaan orang yang dicintainya, dan lalu mengapa hari ini dia tidak akan sanggup lagi melakukannya.

 

#

Kepekaan & sikap ngemongnya yang terlatih memberinya pengetahuan bahwa Lale Seruni pasti butuh air untuk menghilangkan dahaga & membersihkan luka serta badannya. Dengan kekuatan yang dimilikinya, berbekal tombak yang ia bawa, mulailah menggali tanah di ujung Savana, sebelah utara, dekat hutan Sembalun. Baru kedalaman setengah tombak menggali. Muncul Sosok mahluk diiringi hembusan udara seukuran anakan huricane, mengepulkan debu & mematahkan rerantingan yang dilewati.

 

Brangbantun melihat sosok yang selama ini menjadi momok berita dari mulut ke mulut. Itulah Sampi Ngamang. Penguasa dari dunia astral yang merajai Hutan dan Savana di kawasan gebong. Tanduknya seukuran tombak perang. Sosok Sampi Ngamang lebih mengerikan dibanding Toro Bravo sapi asli semenanjung Iberia yang membunuh banyak matadores. Sapi Ngamang membentak dengan Suara yang menggetarkan seantero lembah itu, "Siapa yang memberimu izin & Perintah untuk menggali di Kekuasaanku". Sebagai seorang ksatria yang jujur, Brangbantun mengakui kekhilafannya dan minta maaf. Dan untuk menebus kesalahannya, ia bersedia menjadi ikut menjadi kawula/rakyat Sapi Ngamang di Hutan Gebong. Namun sebelumnya, Ia minta supaya sumur yang digalinya diberikan air dari mata-mata air yang ada di hutan itu.

 

#

Semenjak saat itu Brangbantun moksah bersama Sapi Ngamang setelah memenuhi permintaan untuk membahi mata air yang mereka kuasai untuk mengisi timbe (sumur) yang di gali Brangbantun. Sumur itu kini dikenal sebagai Timbe Aik Pait. Sumur yang digali oleh seorang pecinta, dengan penuh cinta dan kesungguhan meskipun cinta itu tak pernah dimilikinya. Konon, para jomblo yang mandi di sumur ini akan terlepas dari kutukan Jomblo abadi.