Beberapa hari yang lalu, saya
berkeliling ke beberapa dusun yang ada di pringgasela timur, kecamatan
Pringgasela lombok timur. Dalam rangka
mengantar surat undangan lomba Menggambar dan mewarnai yang
diselenggarakan ADBMI ke setiap lembaga
pendidikan TK dan SD yang ada disana.
Tujuannya sederhana, memberikan gambaran kepada anak anak cara
mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak aman, dengan menyediakan
sketsa yang gambarnya sesuai dengan
protokol kesehatan.
Saya ingat waktu itu pkl 9.30
Wita, sekolah nampak sepi, hanya ada beberapa anak yang keluar dari ruang kelas , sebagian membawa
sepeda, dan sebagian juga berjalan kaki menenteng Beberapa lembar kertas.
Entah apa isi kertas itu, saya
gak sempet berintraksi dengan adek adek.
untungnya setelah masuk di ruang guru
saya di jelaskan tentang kertas
tugas dan jadwal kelas yang masuk setiap
hari dari kelas satu sampai kelas enam, iya alasannya selain melaksanakan regulasi
pemerintah juga sebagai upaya bersama biar terhindar dari covid. Katanya. .!!!
Melihat banyak sekali hari libur
untuk anak anak sekolah Dimasa pandemic covid-19, saya sebagai generasi yang SD
tahun 2006 yang libur hanya pada hari
minggu Merasa iri, karna hampir setahun anak anak yang sekolah diliburkan atau
bahasa krennya skolahnya pake sisitim daring tahun ini.
Nah dari daring tersebut, anak
anak harus punya smart phone, untuk apa?, untuk mengerjakan soal online. bukan sampai disana, kuotapun harus standby
dan orang tuapun dipaksa untuk memenuhi kebutuhan itu.
Meski disamping kuota ada
alternatif memasang jaringan Wi-Fi dirumah dengan bayaran tergantung keceptan dan beberapa orang yang
akan memakainya. Nah untuk masalah daring saya sudahi tulisannya, karna sudah
banyak yang membahasanya di laman laman fb maupun di web.
Saya lebih kepada ingin memaparkan
resiko yang akan di timbulkan dari
bebasnya anak memmbawa smartphone tanpa pengawasan dan dibarengi dengan edukasi
terkait dengan internet.
Pertama Waktu beajar melalui online
Cuma beberapa jam saja, sisanya main game. Beberapa jam, bahkan kalau sudah
main game tidak boleh diganggu.
Kedua Anak anak bisa mengakses content porno
di internet, kenapa bisa karna mereka punya smartphone dan jaringan internet
tanpa pengawasan.
ketiga mereka akan susah di atur,
karna sudah asik dengan smartphone dan
perlahan akan melupakan pembelajaran.
Ke empat, tidak adanya pendidikan
karakter yang di dapat, di lingkungan rumah beda dengan disekolah, di sekolah
guru menjadi role model, yang secara tidak langsung mendidik murid menjadi
baik.
Ya tidak banyak tapi berdampak, Ini
Cuma berepa yang saya lihat , mungkin akan lebih banyak dampak negatifnya meski
dampak positif juga pasti ada, namun jika jika dibandingkan mana yang lebih
banyak memberikan kontribusi, saya rasa kita semua bisa menjawab dengan melihat
realita yang ada di lingkungan kita masing masing.
Dari hal diatas saya bisa melihat,
pendidikan menjadi korban, pandemic hanya kambing hitam, ini strategi
penghancuran generasi./Nw