APOK, PENGGESEK “PIUL” DI PASAR PAOK MOTONG -->

Iklan Semua Halaman

APOK, PENGGESEK “PIUL” DI PASAR PAOK MOTONG

Insight Anjani
Selasa, 27 Oktober 2020



Insight Anjani
_Sebelum tahun 2000-an, bagi yang sering melintasi  jalan Labuhan Lombok ke Sweta, atau dari dari arah Pancor, tepatnya di pasar Paok Motong, hampir pasti melihat atau bertemu seorang lelaki penggesek piul (Sasak, Lombok : Biola). 

Ya, dia Apok  pengamen jalanan di pasar Paok Motong-Lombok Timur. Perawakannya tinggi kurus. Ciri lain, (maaf) seperti ada cacat bawaan dimatanya. Tapi dia tidak tuna netra. Dari setelannya, melekat ciri seorang seniman. Terlihat dari  potongan rambutnya agak beruntai melewati telinga, meskipun  selalu pakai sarung. 

Biasanya Apok berdiri di timur jalan, selatan perempatan Pasar Paok Mm Motong. Setiap ada kendaraan berhenti seperti Engkel, Carry bahkan kendaraan pribadi,  Apok mendekat ke jendela dan digesekkan biola tuanya sambil berlantun. 

Apok sering memainkan lagu PELIH PETITIS, lagu Sasak (Lombok) ciptaan Al Mahsyar yang tergabung dalam Group cilokaq Pelita Harapan yang sangat kondang tahun sejak tahun 80-an. 
Liriknya humor satire,  tentang  seorang pemuda tanggung yang jantuh cinta pada seorang gadis bernama Saknah, tetapi tidak berbalas. Kemudian pemuda tadi mencari “pellet” alias guna-guna yan dilepaskan dengan perantaraan rokok. 

Malamnya si pemuda bertandang ke rumah si gadis dan melepaskan guna-gunanya melalui rokok. Lacur, Saknah terserang flu, pernafasannya terganggu. Jadi yang tersengat pelet justru ibunya yang janda. 

Pelih Petitis

Saknah dedare saq inges solah
Inaqne bebalu amaqne mate
Bis entan ku wah pete tadah
Laguq endek’man iniq mele
Ku angkat pelet leq papuq odo
beandang-andang siq nyiur lime
Pelet tepasang langan ngerokok
Mun nyemakat dekne arak oatne
Reff:
Suran bian ku lito midang
Saknah nemin kance inaqne
Ku empos rokoq adekne uyang
Karing ku anteh atong dirikne
Salaq pelengkak pelih petitis
Saknah seleme inaq ne payu bakat
Berembe entan ku endek paleng nangis
Saknah tepidang inaqne kembauan

Musisi jalanan ini juga kahabrnya menggandrungi lagu-lagu Rhoma Irama. bercerita favorit lainnya yaitu lagu Rhoma Irama, KERAMAT. Dalam “pentas” hariannya, Apok  sering terlihat mengenakan sarung hijau kotak-kotak dengan kemeja lengan panjang. 

Disampingnya, seorang laki-laki agak pendek begitu setia mengambil peran menuntunnya dan bertugas membawa tas tua   berwarna kehijauan yang tampak lusuh. Didaalam tas itu sepertinya  tersimpan  uang hasil ngamen dan mungkin kitab suci atau apalah.  

Tapi sejak tahun 2000-an tidak terlihat lagi. Seperti hari itu, usai menghadiri undangan perayaan mauled ke rumah salah seiring kepala desa, saat saya melintas  di pasar Paok  Motong, Lalu lintas  macet. Saat menengok ke kiri, hanya terlihat pedagang jagung bakar dan gorengan. Tentu tidak ada sosok itu. Saya menggoda diri saya untuk tahu siapa pengamen dengan biola itu. Saya ada niat membaca alfatihah untuknya.  

Kemudian saya mencari nama Munawir Haris di gawai saya. Nama yang saya yakin tahu tentang sosok itu. Saya mengetik daftar kecil pertanyaan, Nama aslinya, wafat tahun berapa, wafat dalam usia berapa tahun, siapa anak istrinya, dimana dikuburkan, dan siapa lelaki yang setia menuntunya. Munawir Saya yakin punya refrensi karena tinggal di sekitaran Masbagik, dan dengan pekerjaan sebagai pendamping desa. 

“Bro, masih ingat pengamen atau tepatnya seniman penggesek biola di pasar Paok Motong dulu (?)”   Menawir Haris sempat betanya, untuk apa. Karena bagi dia ndak pentinglah. Saya jawab, cari saja, kadang mengethui yang ndk penting kadang pendting. jawab saya. Chat saya berikutnya, “ente kurang empati social”. Lantas Awng ha ha hihi, tapi dengan imbuhan SIAP bang.

Ternayata Munawir Haris tidak punya refrensi tentang  Apok. Akhirnya dia berupaya mencari sumber terdekat. Beberapa lama kemudian, Munawir alias Aweng mengirimkan jawaban yang di dapatkan dari ibu Erna, yang menurut Aweng  masih kerabat Apok. 

Ternyata Nama aslinya Arpah Dipanggil Apok. Meninggal dunia tahun 1999 dalam usia 70 tahunan. Sebelum meninggal Apok menderita  sesak nafas. Apok dimakamkan di Pemakaman umum Nyelak desa Paok Mootong.

Semasa hidupnya, Apok tinggal di Gubug Daya Kekadusan Paok Motong Utara. Menurut kiriman WA dari Aweng, Apok ternyata tidak ada anak dan isteri. Laki-laki pengiring atau penuntunnya Saban Hari bernama  Sukri. Kalau ada yang bertemu Sukri, sepertinya dia tahu dimana “Piul” alias biola yang selalu digesek Apok. By : Lalu Husni Ansyori.