Warga Pringgasela Timur Shock, Istri Lihat Kabar Suami Meninggal Lewat FB Di Malaysia -->

Iklan Semua Halaman

Warga Pringgasela Timur Shock, Istri Lihat Kabar Suami Meninggal Lewat FB Di Malaysia

Insight Anjani
Selasa, 26 Januari 2021


insightanjani-Desa Pringgasela Timur,  yang menjadi salah satu Lumbung Pekerja Migran Indonesia atau yang biasa disebut TKI di Kecamatan Pringgasela Lombok timur baru baru ini diselubungi berita duka dari malaysia.

Belum genap satu bulan salah seorang pemuda asal Dusun Mujahidin, Pringgasela Timur juga mengalami peristiwa serupa, meninggal pada saat bekerja dan berhasil dikirim pulang untuk dikebumikan di kampung halaman.

Tidak jauh berbeda dengan kasus yang tersebar Senin kemarin (25/01)  saat beberapa anggota LSD Pada Patuh Desa Pringgasela Timur yang sedang melakukan pendataan PMI 2021 di Dusun Elong-elong Desa Pringgasela Timur. 

Ditengah proses interview isteri PMI (Listika Megawati) oleh Halimah (Pendata), terlintas kabar dari halaman facebook milik majikan sang suami (Munakib), kabar yang tertulis bahwa sang suami sudah tidak bisa lagi bertemu dengannya dan keluarga dalam keadaan sediakal. Munakib menghembuskan nafas terakhir di Negeri 9 Malaysia Barat karena sakit yang dideritannya.

Sang isteri sontak tak percaya, segera menelepon nomer sang suami untuk memastikan apa yang dibacanya dalam halaman facebook tersebut memang tidak benar adanya. Sayangnya panggilannya diangkat oleh salah seorang kerabat yang juga bekerja di tempat yang sama, sembari membenarkan berita tersebut memang benar.

Luluh lantak perasaan sang Listika, mengingat saat video call semalam Munakib memang terkesan memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja demi isteri dan buah hati. Sementara organ dalam tubuhnya berteriak minta tolong untuk segera ditindak karena selama ia sakit si Bos hanya memberikan perawatan berupa obat generik yang dijual bebas, dengan dalih tak bisa diberi perawatan lebih layak karena Munakib PMI gelap. Sungguh ironis.

Tak cukup sampai disitu, kesedihan Listika seakan tidak bisa berhenti di situ. Si Bos dengan bahasa yang sungguh diperhalus meminta keluarga untuk menyiapkan dana RM 3000 demi kepulangan jenazah almarhum ke tanah air. Sementara calo yang memberangkatkan suaminya terlebih dahulu “betabeq” dalam bahasa Indonesia yang diartikan “Permisi” ke keluarga almarhum tadi malam, bahwa tidak bisa berbuat banyak karena kondisi “Kanker” alias Kantong Kering, dan obrolan dianggap selesai dengan damai.

Sungguh “Ending” yang tak pernah terbayangkan oleh Listika, suami yang dicinta sepenuh hati meninggalkannya untuk selamanya tidak bisa ia liat dan sentuh disaat-saat terakhir, malah diminta untuk mengeluarkan segepok uang untuk kepulangan jenazah, dan dengan tanpa pertanggungjawaban yang jelas si Calo/Tekong berucap tidak bisa membantu apapun. Seperti pepatah “Sudah jatuh, tertimpa gentong, dan tidak ada yang menolong”.